Selasa, 05 Mei 2015





MAKALAH
                           MORFOLOGI TUMBUHAN
RUMUS DAN DIAGRAM BUNGA

logo warna OK


Disusun oleh:
Kelompok 9
Enijayanti           (14010057)
Yuni Zuliana       (14010058)
Khoirotul Aniyah  (14010059)
Sesi B/2014

Dosen pembimbing:
Nursyahra, M.Si

PRGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2015
 




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I      : PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3  Manfaat................................................................................................................ 1

BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Rumus Bunga...................................................................................................... 2
2.2 Diagram Bunga.................................................................................................... 12

BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA



                

 





BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang

Bunga merupakan alat reproduksi seksual. Bunga dikatakan lengkap apabila mempunyaidaun kelopak ,daun mahkota,benang sari,putik,dan daun buah.
Bunga terdiri atas bagian fertile,yaitu benang sari dan daun buah,serta bagian yang steril yaitu daun kelopak dan daun mahkota.Alat perkembangbiakan generatif bentuk dan susunannya berbeda-beda menurut jenistumbuhan, tetapi bagi tumbuhan yang berbiji umumnya alat tersebut merupakan bagiantumbuhan yang kita kenal sebagai bunga dimana pada bagian inilah terjadi penyerbukan danPembuahan.
Bagian pokok tumbuhan sebenarnya ada tiga macam yakni akar, batang dan daun dansetiap bagian lainnya merupakan penjelmaan dari ketiga bagian pokok tersebut. Sehingga apabilakita memperhatikan susunan suatu bunga maka itu merupakan suatu penjelmaan dari ketiga bagian pokok tumbuhan tersebut.

1.2              Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan rumus bunga?
2.      Apa yang dimaksud dengan diagram bunga?

1.3              Tujuan
1.      Mahasiswa mengetahui dan memahami rumus bunga
2.      Mahasiswa mengetahui dan memahami diagram bunga







BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Rumus Bunga
            Susunan bunga dapat pula dinyatakan dengan sebuah rumus yang terdiri atas lambang-lambang, huruf-huruf dan angka-angka. Yang semua itu dapat memberikan gambaran mengenai berbagai sifat bunga beserta bagian-bagiannya.
Lambang-lambang yang dipakai dalam rumus bunga memberitahukan sifat bunga yang bertalian dengan simetrisnya atau jenis kelaminnya, huruf-huruf merupakan singkatan nama bagian bunga, sedang angka-angka menunjukkan jumlah masing-masing bagian bunga. Disamping itu masih terdapat lambang-lambang lain lagi yang memperlihatkan hubungan bagian-bagian bunga satu sama lain.
Oleh suatu rumus bunga hanya dapat ditunjukkan hal-hal mengenai 4 bagian pokok bunga sebagai berikut:
1.      Kelopak, yang dinyatakan dengan huruf K singaktan kata kalix (calix), yang merupakan istilah ilmiah untuk kelopak.
2.      Tajuk atau mahkota, yang dinyatakan dengan huruf C singkatan kata corolla (istilah untuk mahkota bunga)
3.      Benang-benang sari yang dinyatakan dengan huruf A singkatan kata androecium (istilah ilmiah untuk alat-alat jantan pada bunga)
4.      Putik yang dinyatakan dengan huruf G singakatan kata gymnaecium (istilah untuk alat betina pada bunga)
Jika kelopak dan mahkota sama, baik bentuk maupun warnanya, kita lalu mempergunakan huruf lain untuk menyatakan bagian tersebut, yaiut huruf P singkatan kata perigonium (tenda bunga).

Jika antara kelopak bunga dan mahkota bunga tidak dapat dibedakan, untuk menyatakan bagian tersebut digunakan huruf P untuk tenda bunga (perigonium). Penulisan rumus bunga, dibelakang huruf-huruf tersebut ditaruhkan angka-angka yang dapat menyatakan jumlah bagian-bagian bunga tersebut. Antara huruf dan angka diberikan tanda koma (,).
            Jika bunga misalnya mempunyai 5 daun kelopak, 5 daun mahkota, 10 benang sari dan putik yang terjadi dari sehelai daun buah. Maka rumusnya adalah:
K 5. C 5. A 10. G 1 (bunga merak: Caesalpinia pulcherrima Swartz.)


Jika kita mengambil contoh lain yaitu bunga yang mempunyai tenda bunga. Misalnya, lilia gereja (Lilium longiflorum Thunb.) yang mempunyai 6 daun tenda bunga, 6 benang sari dan sebuah putik yang terjadi dari 3 daun buah. Maka rumusnya adalah:
P 6. A 6. G 3.

               Di depan rumus bagian bunga, hendaknya di tambahkan simetri yaitu (*) untuk untuk bunga bersimetri banyak, dan tanda (↑) untuk bunga bersimetri satu. Selain lambang yang menunjukkan jenis kelamin bunga. Untuk bunga banci dipakai lambang (♀), untuk bunga jantan dipakai lambang (♂), dan bunga betina dipakai lambang (♀). Untuk menyatakan keadaan antara daun-daun kelopak, tajuk, dan benang sari (berlekatan atau terpisah), digunakan tanda kurung untuk mengapit angka. Sedangkan bakal buah, dinyatakan adanya garis (diatas atau di bawah) angka yang menunjukkan jumlah putik sesuai kedudukannya. Untuk bunga yang bersimetri banyak (octinomorphus) dan tanda  untuk bunga yang bersimetri satu (zygomorphus). Jadi, dalam hal rumus bunga merak yang bersifat zigomorf, rumusnya menjadi:
K 5. A 5. A 10. G 1.
Sedangkan, bunga lilia gereja yang bersifat aktinomorf rumusnya menjadi:
P 6. A 6. G 3.
Selain lambang yang menunjukkan simetri pada rumus bunga dapat pula ditambahkan lambang yang menunjukkan jenis kelamin bunga.
1.      Untuk bunga yang banci (hemafroditus) dipakai lambang: S.
2.      Untuk bunga jantan dipakai lambang: U.
3.      Untuk bunga betina dipakai lambang: T.
Lambang jenis kelamin ditempatkan di depan lambang simetri. Jika kedua contoh rumus tersebut di atas dilengkapi dengan lambang jenis kelaminnya, maka rumusnya menjadi:
S  K 5. C 5. A 10. G 1. Dan
S ‘ P 6. A 6. G 3.
 Suatu bagian bunga dapat tersusun dalam lebih daripada satu lingkaran. Bunga-bunga yang dipakai contoh diatas misalnya, masing-masing mempunyai bagian-bagiannya yang tersusun dalam 5 lingkaran. Bunga merak misalnya mempunyai 2 lingkaran benang sari dengan 5 benang sari dalam tiap lingkaran, sedangkan bunga lilia gereja mempunyai 2 lingkaran daun tenda bunga dan 2 lingkaran benang sari, tiap lingkaran berbilangan 3. Dalam hal yang demikian di belakang huruf yang menunjukkan bagian yang tersusun dalam lebih daripada satu lingkaran tadi harus ditaruh 2 kali angka yang menunjukkan jumlah bagian di dalam tiap lingkaran dengan tenda + (tanda tambah) diantara kedua angka tadi. Contoh kedua rumus di atas harus kita ubah menjadi:
S  K 5. C 5. A 5 + 5. G 1. Dan
S ‘ P 3 + 3. A 3 + 3. G 3.
 Jika bagian-bagian bunga yang tersusun dalam masing-masing lingkaran itu berlekatan satu sama lain, maka yang menunjukkan jumlah bagian di dalam tiap lingkaran dengan tanda + (tanda tambah) diantara kedua angka tadi. Contoh kedua rumus di atas harus kita ubah menjadi:
S  K (5). C 5. A 5 + 5. G 1.
S ‘ P (3 + 3). A 3 + 3. G (3).
Karena pada bunga merak daun-daun kelopaknya berlekatan satu sama lain, sedangkan pada bunga lilia gereja yang berlekatan daun-daun tenda bunga dan daun-daun buahnya. Ada kalanya yang berlekatan adalah dua macam bagian bunga. Misanya, seperti terdapat pada bunga waru (Hibiscus tiliaceus L.). dalam keadaan yang demikian yang ditempatkan dalam kurung adalah kedua huruf beserta angkanya yang menunjukkan kedua macam bagian bunga yang berlekatan tadi. Pada contoh ini (bunga waru), benang-benang sarinya sendiri berlekatan pula satu sama lalin, oleh sebab itu angka yang menunjukkan jumlah benang sari yang ditaruh dalam tanda kurung, sedang tanda-tanda yang menunjukkan mahkota dan benang-benang sari lalu ditaruh dalam kurung besar. Untuk jelasnya rumus bunga waru tadi adalah seperti berikut:
S ‘ K (5). [ C 5. A (∞). G 5.
Jadi, pada bunga waru kita dapati banyak benang sari yang berlekatan satu sama lain dan seluruhnya berlekatan lagi dengan daun-daun mahkota.
                Selain lambang-lambang yang telah diuraikan di atas dalam menyusun suatu rumus bunga masih ada lambang lain lagi, yaitu lambang untuk menyatakan duduknya bakal buah (jadi juga putiknya). Untuk bakal buah yang menumpang di bawah angka yang menunjukkan bilangan daun buah, dibuat suatu garis (bilangan yang menunjukkan jumlah daun buah terletak di atas garis), sedang untuk bakal buah yang tenggelam garis ditaruh di ats angka tadi. Untuk bakal buah yang setengah tenggelam tidak ada tanda khusus, atau dapat ditafsirkan sebagai setengah tenggelam, jika untuk bakal buah tidak ada pernyataan menumpang atau tenggelam.
Dengan demikian, jika dari kedua contoh bunga di atas kita harus membuat rumus bunga yang lengkap, rumus tadi akan menjadi seperti berikut:
S  K (5). C 5. A 5 + 5. G 1.
S ‘ P (3 + 3). A 3 + 3. G (3).
 Setelah kita pahami hal-hal yang menyangkut soal rumus bunga, dapat sekarang keadaan kita balik, artinya jika kita melihat kedua rumus bunga di atas, maka dapat kita bayangkan bahwa:
 Bunga merak adalah bunga yang banci, zigomorf mempunyai 5 daun kelopak yang berlekatan satu sama lain, 5 daun mahkota yang bebas, 2 lingkaran benang sari dengan 5 benang sari dalam masing-masing lingkaran, bakal buah yang terjadi dari sehelai daun buah yang duduknya menumpang.
 Bunga lilia gereja adalah bunga banci, aktinomorf, mempunyai 6 daun tenda bunga yang tersusun dalam 2 lingkaran tetapi ke 6 daun tenda bunga tadi berlekatan satu sama lian, 6 benang sari yang tersusun dalam dua lingkaran dan satu bakal buah yang menumpang dan terjadi dari 3 daun buah yang berlekatan.
Jelaslah  bahwa dari setiap bunga yang kita amati dapat pula selalu kita buat rumusnya. Mingingat bahwa urut-urutan bagian bunga sifatnya teap maka dalam menyusun suatu rumus bunga, huruf-huruf yang merupakan singkatan nama bagian bunga tadi sering ditiadakan. Juga lambang jenis kelamin seringkali di tiadakan, karena jinas kelamin itu dapat terlihat pula dari rumus ialah: jika ada benang sari maupun putik, berarti bunga itu bersifat banci, tetapi jika di belakang A kita dapati angka 0 berarti bunganya betina. Sebaliknya, jika dalam rumus tertera G 0, berarti bunganya adalah bunga jantan, dengan ini rumus bunga merak misalnya dapat kita sederhanakan menjadi:
 (5). 5 5 + 5. 1
Jika kita membandingkan diagram dengan rumus bunga pada diagram lebih banyak tercantum keterangan-keterangn mengenai susunan bagian-bagian bunga, hanya tak dapat diketahui pada diagram bunga bagaimana letaknya bakal buah, menumpang, tenggelam, ataukah setengah tenggelam.
Di bawah ini diberikan berbagai contoh diagram beserta rumus bunga berbagai jenis tumbuhan yang tergolong dalam beberapa suku tumbuhan yang lazim sudah dikenal:
1.       Suku Palmae (Arecaceae) misalnya kelapa (Cocos nucifera L.)
U K 3. C 3. A (6). G 0
T K 3. C 3. A 0. G (3)
2.      Suku Graminaeae (Poaceae), misalnya padi (Oriza sativa L.)
S  K 1 + (2). C 2  + 0. A 3. G 1
https://ikhauad.files.wordpress.com/2012/10/pdi.jpg?w=593
3.       Suku Cannaceae, misalnya bunga tasbih (Canna indica Hort.)
S K 3. C 3. A 5. G
4.       Suku Orchidaceae, misalnya anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis Bl.) yang hanya mempunyai 1 benang sari yang subur. Dan anggrek kasut (Cypripedium javanicum Reinw.), yang mempunyai 2 benang sari yang subur:
S  P 3 + 3. A 1 + 0. G (3) (Phalaenopsis)
S  P 3 + 3. A 0 + 2. G (3) (Cypripedium)
5.       Suku Liliaceae, misalnya kembang sungsang (Gloriosa superba L.)
S ‘ P 3 + 3. A 3 + 3. G (3)
6.       Suku Papilionaceae, misalnya orok-orok, kembang telang (Clitoria ternatea L.)
S  K (5) C 5. A 1 + (9). G 1
7.       Suku Malvaceae, misalnya kapas (Cossypium sp.), waru (Hibiscus tiliaceus L.), dan lain-lain.
S ‘ K (5). [C 5. A (∞)]. G (5)
8.      Suku Bombacaceae, misanya kapok randu (Ceiba pentandra Gaertn.), durian (Durio zibethinis L.)
S ‘ K (5). C 5. A (∞). G (5)
9.       Suku Solanaceae, misalnya kecubung (Datura metel L.), tembakau (Nicotiana tabacum L.), dll.
S  K (5). C 5. A 5. G (2)
10.   Suku Cruciferae (Brassicaceae), misalnya lobak (Raphanus sativus L.)
S ‘ K 4. C 4. A 2. + 4. G (2)
11.   Suku Nyctaginaceae, misalnya bunga pagi sore (Mirabilis jalapa L.)
S ‘ K (5). C (5). A 5. G (5)

                     Beberapa contoh rumus bunga        
1.      Bunga Alamanda (Allamanda cathartica L.)
http://taman.ideaonline.co.id/system/images/3.JPG

Dengan rumus bunga ♀ * K5, C(5), A(5), G(1), didapat keterangan bahwa bunga Alamanda adalah jenis bunga banci (hermaphrodit yaitu memiliki dua alat kelamin yaitu jantan / benang sari dan betina / putik dalam satu bunga), memiliki simetri banyak, 5 kelopak yang bebas satu sama lain dan terletak dalam 1 lingkaran, mahkota bunga 5 lembar saling berlekatan satu sama lain dan tersusun dalam 1 lingkaran, benang sari 5 buah dan saling berlekatan, dan sebuah putik. Antara mahkota bunga dan benang sarinya saling berlekatan.
Klasifikasi       :
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Sub clasis        : Asteridae
Ordo                : Gentianales
Familia            : Apocynaceae
Genus              : Allamanda
Species            : Allamanda cathartica L.
(Cronquist, 1981)
2.      Bunga Kertas (Bougainvillea spectabilis)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVME9o1zQDRDCpMOYH11cFb8D5eM_f98oLMi9ACmfdcb0J1A2pjZl7KBNoerQr6Cr2s1v5WmfzcuVju-m-nKqXZCmWdZ1HOvW0V2ROwjZ4apI-8coUR9nsZ_VQPce3Hiwzf3xdbfnndQ0/s1600/IMG_0098.JPG

Dengan rumus Bunga : ♀ * K (5), C (10), A 8, G 1 didapat keterangan bahwa bunga bogenvil (Bougainvillea spectabilis Willd.) adalah bunga banci (hermaphrodit yaitu memiliki benang sari dan putik pada satu bunga) yang mempunyai simetri banyak (aktinomorf). Dikatakan mempunyai simetri banyak karena bunga ini dapat dilipat lebih dari 1 kali yang mana lipatan tersebut setangkup. Bunga ini mempunyai 5 buah kelopak (kalyx) dan 5 buah mahkota (corolla), yang mana antara kelopak dan mahkota sama-sama berlekatan atau saling menyatu. Benang sari (androecium)  jumlahnya 5 buah serta sebuah putik (gynaecium).
Klasifikasi       :
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Sub classis       : Caryophyllidae
Ordo                : Caryophyllales
Familia            : Nyctaginaceae
Genus              : Bougainvillea
Species            : Bougainvillea spectabilis Willd.
(Cronquist, 1981)

3.      Bunga Anggrek kalajengking (Arachis flos-aeris)
http://nurfajrian.files.wordpress.com/2012/10/anggrek-kalajengking.jpg

Dengan rumus bunga ♀ ↑ P5, A(1 + 2), G2 didapat keterangan bahwa bunga Anggrek kalajengking adalah jenis bunga banci (hermaphrodit) dengan satu simetri, memiliki tenda bunga sebanyak 5 buah, 3 buah benang sari yang saling berlekatan atau menyatu satu sama lain yang tersusun dalam dua buah lingkaran, lingkaran pertama ada 1 buah benang sari sedangkan pada lingkaran kedua ada 2 buah benang sari serta memiliki 2 buah putik.
Klasifikasi       :
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Liliopsida
Sub clasis        : Liliidae
Ordo                : Orchidales
Familia            : Orchidaceae
Genus              : Arachis
Species            : Arachis flos aeris
(Cronquist, 1981)

4.      Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)
https://rahmadroid77.files.wordpress.com/2013/03/bunga-sepatu.jpg

Dengan rumus Bunga ♀ K5 + (7), C5, A∞, G5 didapat keterangan bahwa bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) adalah bunga yang terletak pada ketiak daun (flos lateralis), bunga banci (hermaphrodit) dan tanpa simetri. Bunga ini mempunyai kelopak (kalyx) yang tersusun atas dua lingkaran, lingkaran kelopak yang pertama berjumlah 7 buah kelopak dan saling lepas (kelopak asli) dan lingkaran kelopak yang kedua mempunyai 5 buah kelopak yang saling bersatu (berlekatan) disebut juga kelopak tambahan. Jumlah mahkota (carolla) pada bunga ini adalah 5 buah, warna mahkotanya adalah merah tua. Benang sari (androecium) pada bunga ini jumlahnya tak terhingga (∞). Putik (gynaecium) berjumlah 5 buah cabang. Bakal buah bunga berada dibawah mahkota bunga sehingga dikatakan tenggelam.
Klasifikasi       :
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Sub classis       : Dilleniidae
Ordo                : Malvales
Familia            : Malvaceae
Genus              : Hibiscus
Species            : Hibiscus rosa-sinensis L.
(Cronquist, 1981)

5.      Bunga Tasbih (Canna sp)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIAtbVF6FUdHvqgAQxjnMgejq4i4pTTkPJgjbfVh6SBKIu1EuH_DkzjFlYsFRqLcekOLqqM-up8-MthiRrnuTLChWEL0Tyq3htMj3lbhzzIOAYx62fpc3Lyk4RuhJqFJt9xt0Ehk2nr7s/s1600/bunga-tasbih.jpg

Dengan rumus bunga ♀ K 3, C 3, A 5, G (3) didapat keterangan bahwa bunga tasbih (Canna sp.) adalah bunga banci (dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan dan alat kelamin betina) yang tidak mempunyai simetri. Bunga ini mempunyai jumlah kelopak (kalyx) sebanyak 3 buah. Mahkota (carolla)  ada sebanyak 3 lembar dan terusun dalam 1 lingkaran. Benang sari (androecium)  ada sebanyak 5 buah, bentuknya seperti lembaran mahkota yang memiliki bercak-bercak serta 3 buah putik (gynaecium) yang saling menyatu. Bakal buah bunga ini berada di bawah dasar mahkota bunga sehingga dikatakan tenggelam.
Klasifikasi       :
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Sub clasis        : Hamamelidae
Ordo                : Urticales
Familia            : Cannabaceae
Genus              : Canna
Species            : Canna sp
(Cronquist, 1981)

6.      Teratai (Nymphaea lotus L.)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9M-6bk9xEpIGin_4NQXl_Y-O3gAQrlz4uqVxDqWfe5-E8cBM1FGpVlA6xaCRBVCHxFUdt9rvPmO1hq_sRTYDgtiTs1IasfVyVqQZ6sZ2Gz6NG5GrAoGdmFUWG4iORf0_85Fv3oKM3KKDH/s1600/white_lotus.jpg

Dengan rumus bunga ♀ * P4 + 4 + 8 + 4 + 4 , A∞, G(22) didapat keterangan bahwa bunga teratai (Nymphaea lotus) adalah bunga banci dengan banyak simetri. Pada bunga ini antara kelopak  dan mahkotanya tidak dapat dibedakan dengan jelas sehingga bagian yang umumnya disebut mahkota dinamakan tenda bunga (perigonium) yang berjumlah 24 buah dalam 5 lingkaran berbeda, susunan berlapis dan berseling empat-empat pada lingkaran 1 dan 2, sedangkan pada lapisan ke 3 terdapat tenda bunga sebanyak 8 buah dan pada lapisan ke 4 dan 5 terdapat 4 buah tenda bunga, susunan tenda bunga ini saling lepas satu sama lain. Benang sari (androecium)  jumlahnya tak terbatas (∞) tersusun rapi dalam lingkaran-lingkaran serta berlekatan satu sama lain (bebas), dan putik (gynaecium) berjumlah 22 buah.
Klasifikasi       :
Divisio             : Magnoliophyta
Calssis             : Magnoliopsida
Subclassis        : Magnoliidae
Ordo                : Nhymmpales.
Familia            : Nhympaeaceae
Genus              : Nhymphaea
Species            : Nymphaea lotus L.
(Cronquist, 1981)


2.2       Diagram Bunga
            Dalam mendeskripsikan bunga, disamping secara verbal (dengan kata-kata) dapat ditambahkan gambar-gambar, agar pembaca dapat memperoleh kesan yang lebih mendalam tentang keadaan bunga. Salah satu gambar yang melukiskan keadaan bunga dan bagian-bagiannya adalah diagram bunga.
Yang dinamakan diagram bunga ialah suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari semua bagian bunga yang dipotong melintang, jadi pada diagram itu di gambarkan penampang-penampang melintang daun-daun kelopak, tajuk bunga, benang sari, dan putik, juga bagian-bagian lainnya jika masih ada, disamping keempat bagian pokok tersebut, perlu diperhatikan bahwa lazimnya dari daun-daun kelopak dan tajuk bunga digambar penampang melintang bagian tengah-tengahnya, sedang dari benang sari digambarkan penampang kepala sari, dan dari putik penampang melintang bakal buahnya. Dari diagram bunga tersebut selanjutnya dapat diketahui pula jumlah masing-masing bagian bunga tadi dan bagimana letak dan susunannya antara yang satu dengan yang lain. Selain itu perlu diingat pula bahwa diagram bunga sedikit banyak merupakan suatu gambar yang bersifat skematik.
Dalam membicarakan tentang bunga dan bagian-bagiannya, telah diterangkan, bahwa bagian-bagian bunga duduk diatas dasar bunga, masing-masing teratur dalam satu lingkaran atau lebih. Dalam diagram bunga, masing-masaing bagian harus digambarkan sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin dua bagian bunga yang berlainan digambarkan dengan gambar yang sama. Mengingat, bahwa yang digambar pada diagram itu penampang-penampang melintang masing-masing bagian bunga yang telah dijelaskan diatas.
Cara membuat suatu diagram bunga:
1.    Letak bunga pada tumbuhan. Dalam hubungannya dengan perencanaan suatu diagram, kita hanya membedakan dua macam letak bunga:
a.Bunga pada ujung batang atau cabang (flos terminalis)
b.Bunga yang terdapat dalam ketiak daun (flos axillaris)
2.  Bagian-bagian bunga yang akan dibuat tersusun atas beberapa lingkaran.

Jika dari bunga yang hendak kita buat diagramnya telah kita tentukan kedua hal tersebut, kita mulai dengan membuat sejumlah lingkaran yang konsentris, sesuai dengan jumlah lingkaran tempat duduk bagian-bagian bunganya.
Kemudian melalui titik pusat lingkaran-lingakran yang konsentris itu kita buat garis tegak lurus (vertikal). Untuk bunga di ketiak daun, garis itu menggambarkan bidang yang dapat dibuat melalui sumbu bunga, sumbu batang yang mendukung bunga itu, dan tengah-tengah (poros bujur) daun, yang dari ketiaknya muncul bunga tadi. Bidang ini disebut bidang median. Pada garis yang menggambarkan bidang median itu disebelah atas lingkaran yang terluar digambarkan secara skematik penampang melintang batang (digambarkan sebagai lingkaran kecil) dan disebelah bawahnya gambar skematik daun pelindungnya. Pada lingkaran-lingkarannya sendiri berturut-turut dari luar ke dalam digambarkan daun-daun kelopak, daun-daun tajuk, benang sari, dan yang terakhir penampang melintang bakal buah. Dalam menggambar bagian-bagian bunganya sendiri yang harus diperhatikan ialah:
1.      Berapa jumlah masing-masing bagian bunga tadi.
2.      Bagaimana susunannya terhadap sesamanya (misalnya daun kelopak yang satu dengan yang lain), bebas satu sama yang lain, bersentuhan tepinya, berlekatan atau lain lagi.
3.      Bagaimana susunannya terhadap bagian-bagian bunga yang lain (daun-daun kelopak terhadap tajuk bunga, benang sari dan daun-daun buah penyusun putiknya) berhadapan atau berseling, bebas atau berlekatan dan seterusnya).
4.      Bagaimana letak bagian-bagian bunga itu terhadap bidang median.
5.      Ternyata, bahwa seringkali bidang median itu membagi bunga dalam dua bagian yang setangkup (simetrik).
Bagi bunga yang letaknya pada ujung batang/cabang, tidak dikenal bidang mediannya disebelah atas lingkaran yang terluar tidak pula digambar penampang melintang batang (karena pada bunga yang demikian batang itu akan bersambung dengan tangkai bunga) tetapi pada sebelah bawah biasanya masih ditambahkan gambar penampang melintang daun pelindung (jika ada).
Jadi dengan demikian, pada suatu diagram bunga tidak hanya kita ketahui hal-hal yang menyangkut bagian-bagian bunganya saja, tetapi juga dapat diketahui mengenai letaknya pada tumbuhan. Pada gambar berikut diberikan contoh diagram bunga yang diketiak daun dan yang terdapat pada ujung batang/cabang.
Telah dikemukakan pula, bahwa dalam pembuatan diagram bunga selain keempat bagian bunga yang pokok: kelopak, tajuk, benang sari, dan putik dapat pula digambar bagian-bagian lain, jika memang ada dan dipandang perlu untuk dikemukakan. Bagian-bagian lain pada bunga yang sering kali dapat menjadi ciri yang khas untuk golongan tumbuhan tertentu dan sewajarnya pula jika dinyatakan pada diagram bunga, antara lain:
a)      Kelopak tambahan (epicalix), umumnya terdapat pada tumbuhan sukuMalvaceae. Misalnya kapas (Gossypium sp.), kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.). dan lain-lain.
b)      Mahkota (tajuk) tambahan (corona), yang biasa terdapat pada sukunAsciepiadaceae, misalnya biduri (Calotropis gigantea Dryand.)

Dikemukakan pula dalam membicarakan perihal bagian-bagian bunga bahwa ada bagian-bagian bunga yang mengalami metamorfosis atau tereduksi atau lenyap sama sekali. Pertalian dengan soal ini dalam menyusun diagram bunga kita dapat berpendirian:
1.      Hanya menggambarkan bagian-bagian bunga menurut apa adanya.
2.      Membuat bagian bunga yang gtidak hanya memuat bagian-bagian yang benar-banar ada, tetapi juga menggambarkan bagian-bagian yang sudah tidak ada (tereduksi). Namun, menurut teori sudah ada.
Dengan demikian, kita dapat membedakan dua macam diagram bunga:
a)        Diagram bunga empirik, yaitu diagram bunga yang hanya memuat bagian-bagian bunga yang benar-benar ada, jadi menggambarkan keadaan bunga yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, diagram ini juga dinamakan digram sungguh (yang sebenarnya).
b)        Diagram teoritik, yaitu digram bunga yang selain menggambarkan bagian-bagian bunga yang sesungguhnya juga memuat bagian-bagian yang sudah tidak ada lagi. Tetapi menurut teori seharusnya ada.
Bagian-bagian yang hanya menurut teori saja seharusnya ada, tidak digambarkan seperti bagian-bagian yang benar-benar ada, melainkan dengan lambang lain. Biasanya bintang atau silang kecil. Kebanyakan hal ini hanya mengenai benang-benang sari saja yang keadaan sesungguhnya pada bunga seringkali tidak cocok dengan teori.






















BAB III
PENUTUP

  3.1            Kesimpulan
Bunga memiliki susunan anatomis yang mirip dengan bagian tumbuhan lain seperti batang dan daun, karena bunga merupakan metamorphosis menjadi bentuk yang berbeda.
Bunga memiliki variasi yang membedakan penampakannya baik secara morfologi maupun anatomi antara satu dengan yang lainnya. Dalam menggambarkan bagian-bagian bunga dan susunannya dibuat gambar skematik yang menggambarkan bagian bunga, susunan, letaknya terhadap sesama bagian serta letaknya dengan bagian lain, jumlah masing-masing bagian bunga dan letaknya terhadap bidang median yang menggambarkan letak bunga pada tumbuhan.Selain dengan diagram bunga, bagian bunga juga bisa dijelaskan dengan menggunakan rumus bunga yakni pendeskripsian susunan bunga baik baik sifat maupun bagian-bagiannya yang dinyatakan dengan lambang, huruf, dan angka yang menggambarkan sifat bunga beserta bagian-bagiannya.

  3.2            Saran
                Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi sumbangsi kepada kami dalam penyelesaian makalah ini. Dan tentunya penulis juga menyadari, bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah ini. Hal ini Karena keterbatasan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.







DAFTAR PUSTAKA

Tjitrosoepomo.gembong, Morfologi Tumbuhan, 2009,Gadjah Mada University Press
http://belajar-di-rumah.blogspot.com/2015/03/permukaan-daun.html
http://harsidi-side.blogspot.com/2011/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html