MAKALAH
MORFOLOGI TUMBUHAN
RUMUS DAN DIAGRAM BUNGA
Disusun
oleh:
Kelompok 9
Enijayanti
(14010057)
Yuni
Zuliana (14010058)
Khoirotul
Aniyah (14010059)
Sesi
B/2014
Dosen
pembimbing:
Nursyahra,
M.Si
PRGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah
............................................................................................... 1
1.3 Manfaat................................................................................................................ 1
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Rumus Bunga...................................................................................................... 2
2.2 Diagram Bunga.................................................................................................... 12
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Bunga merupakan alat reproduksi seksual. Bunga
dikatakan lengkap apabila mempunyaidaun kelopak ,daun mahkota,benang
sari,putik,dan daun buah.
Bunga terdiri atas bagian fertile,yaitu benang sari
dan daun buah,serta bagian yang steril yaitu daun kelopak dan daun mahkota.Alat
perkembangbiakan generatif bentuk dan susunannya berbeda-beda menurut
jenistumbuhan, tetapi bagi tumbuhan yang berbiji umumnya alat tersebut
merupakan bagiantumbuhan yang kita kenal sebagai bunga dimana pada bagian
inilah terjadi penyerbukan danPembuahan.
Bagian pokok tumbuhan sebenarnya ada tiga macam yakni
akar, batang dan daun dansetiap bagian lainnya merupakan penjelmaan dari ketiga
bagian pokok tersebut. Sehingga apabilakita memperhatikan susunan suatu bunga
maka itu merupakan suatu penjelmaan dari ketiga bagian pokok tumbuhan
tersebut.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan rumus bunga?
2.
Apa yang dimaksud dengan diagram bunga?
1.3
Tujuan
1.
Mahasiswa mengetahui dan memahami rumus
bunga
2.
Mahasiswa mengetahui dan memahami
diagram bunga
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Rumus
Bunga
Susunan bunga dapat pula
dinyatakan dengan sebuah rumus yang terdiri atas lambang-lambang, huruf-huruf
dan angka-angka. Yang semua itu dapat memberikan gambaran mengenai berbagai
sifat bunga beserta bagian-bagiannya.
Lambang-lambang yang dipakai dalam rumus bunga memberitahukan sifat bunga
yang bertalian dengan simetrisnya atau jenis kelaminnya, huruf-huruf merupakan
singkatan nama bagian bunga, sedang angka-angka menunjukkan jumlah
masing-masing bagian bunga. Disamping itu masih terdapat lambang-lambang lain
lagi yang memperlihatkan hubungan bagian-bagian bunga satu sama lain.
Oleh suatu rumus bunga hanya dapat ditunjukkan hal-hal mengenai 4 bagian
pokok bunga sebagai berikut:
1.
Kelopak, yang dinyatakan dengan huruf K
singaktan kata kalix (calix), yang merupakan istilah
ilmiah untuk kelopak.
2.
Tajuk atau mahkota, yang dinyatakan dengan
huruf C singkatan kata corolla (istilah untuk mahkota bunga)
3.
Benang-benang sari yang dinyatakan dengan
huruf A singkatan kata androecium (istilah ilmiah untuk alat-alat
jantan pada bunga)
4.
Putik yang dinyatakan dengan huruf G
singakatan kata gymnaecium (istilah untuk alat betina pada
bunga)
Jika kelopak dan mahkota sama, baik bentuk
maupun warnanya, kita lalu mempergunakan huruf lain untuk menyatakan bagian
tersebut, yaiut huruf P singkatan kata perigonium (tenda
bunga).
Jika bunga misalnya mempunyai 5 daun kelopak, 5 daun mahkota, 10 benang sari dan putik yang terjadi dari sehelai daun buah. Maka rumusnya adalah:
K 5. C 5. A 10. G 1
(bunga merak: Caesalpinia pulcherrima Swartz.)

Jika kita mengambil contoh lain yaitu bunga yang mempunyai tenda bunga.
Misalnya, lilia gereja (Lilium longiflorum Thunb.) yang mempunyai 6
daun tenda bunga, 6 benang sari dan sebuah putik yang terjadi dari 3 daun buah.
Maka rumusnya adalah:
P 6. A 6. G 3.

Di depan rumus bagian bunga, hendaknya di tambahkan simetri yaitu (*) untuk
untuk bunga bersimetri banyak, dan tanda (↑) untuk bunga bersimetri satu.
Selain lambang yang menunjukkan jenis kelamin bunga. Untuk bunga banci dipakai
lambang (♀), untuk bunga jantan dipakai lambang (♂), dan bunga betina dipakai
lambang (♀). Untuk menyatakan keadaan antara daun-daun kelopak, tajuk, dan
benang sari (berlekatan atau terpisah), digunakan tanda kurung untuk mengapit
angka. Sedangkan bakal buah, dinyatakan adanya garis (diatas atau di bawah)
angka yang menunjukkan jumlah putik sesuai kedudukannya. Untuk bunga yang bersimetri banyak (octinomorphus)
dan tanda untuk bunga yang bersimetri satu (zygomorphus).
Jadi, dalam hal rumus bunga merak yang bersifat zigomorf, rumusnya menjadi:
K 5. A 5. A 10. G 1.
Sedangkan, bunga lilia
gereja yang bersifat aktinomorf rumusnya menjadi:
P 6. A 6. G 3.
Selain lambang yang menunjukkan simetri pada rumus bunga dapat pula
ditambahkan lambang yang menunjukkan jenis kelamin bunga.
1.
Untuk bunga yang banci (hemafroditus)
dipakai lambang: S.
2.
Untuk bunga jantan dipakai lambang: U.
3.
Untuk bunga betina dipakai
lambang: T.
Lambang jenis kelamin ditempatkan di depan lambang simetri. Jika kedua
contoh rumus tersebut di atas dilengkapi dengan lambang jenis kelaminnya, maka
rumusnya menjadi:
S K 5. C 5.
A 10. G 1. Dan
S ‘ P 6. A 6.
G 3.
Suatu bagian bunga dapat tersusun
dalam lebih daripada satu lingkaran. Bunga-bunga yang dipakai contoh diatas
misalnya, masing-masing mempunyai bagian-bagiannya yang tersusun dalam 5
lingkaran. Bunga merak misalnya mempunyai 2 lingkaran benang sari dengan 5
benang sari dalam tiap lingkaran, sedangkan bunga lilia gereja mempunyai 2
lingkaran daun tenda bunga dan 2 lingkaran benang sari, tiap lingkaran
berbilangan 3. Dalam hal yang demikian di belakang huruf yang menunjukkan
bagian yang tersusun dalam lebih daripada satu lingkaran tadi harus ditaruh 2
kali angka yang menunjukkan jumlah bagian di dalam tiap lingkaran dengan tenda
+ (tanda tambah) diantara kedua angka tadi. Contoh kedua rumus di atas harus
kita ubah menjadi:
S K 5. C 5.
A 5 + 5. G 1. Dan
S ‘ P 3 + 3. A
3 + 3. G 3.
Jika bagian-bagian bunga yang
tersusun dalam masing-masing lingkaran itu berlekatan satu sama lain, maka yang
menunjukkan jumlah bagian di dalam tiap lingkaran dengan tanda + (tanda tambah)
diantara kedua angka tadi. Contoh kedua rumus di atas harus kita ubah menjadi:
S K (5). C
5. A 5 + 5. G 1.
S ‘ P (3 + 3).
A 3 + 3. G (3).
Karena pada bunga merak daun-daun kelopaknya berlekatan satu sama lain,
sedangkan pada bunga lilia gereja yang berlekatan daun-daun tenda bunga dan
daun-daun buahnya. Ada kalanya yang berlekatan adalah dua macam bagian bunga.
Misanya, seperti terdapat pada bunga waru (Hibiscus tiliaceus L.).
dalam keadaan yang demikian yang ditempatkan dalam kurung adalah kedua huruf
beserta angkanya yang menunjukkan kedua macam bagian bunga yang berlekatan
tadi. Pada contoh ini (bunga waru), benang-benang sarinya sendiri berlekatan
pula satu sama lalin, oleh sebab itu angka yang menunjukkan jumlah benang sari
yang ditaruh dalam tanda kurung, sedang tanda-tanda yang menunjukkan mahkota
dan benang-benang sari lalu ditaruh dalam kurung besar. Untuk jelasnya rumus
bunga waru tadi adalah seperti berikut:
S ‘ K (5). [ C
5. A (∞). G 5.
Jadi, pada bunga waru
kita dapati banyak benang sari yang berlekatan satu sama lain dan seluruhnya
berlekatan lagi dengan daun-daun mahkota.
Selain
lambang-lambang yang telah diuraikan di atas dalam menyusun suatu rumus bunga
masih ada lambang lain lagi, yaitu lambang untuk menyatakan duduknya bakal buah
(jadi juga putiknya). Untuk bakal buah yang menumpang di bawah angka yang
menunjukkan bilangan daun buah, dibuat suatu garis (bilangan yang menunjukkan
jumlah daun buah terletak di atas garis), sedang untuk bakal buah yang
tenggelam garis ditaruh di ats angka tadi. Untuk bakal buah yang setengah
tenggelam tidak ada tanda khusus, atau dapat ditafsirkan sebagai setengah
tenggelam, jika untuk bakal buah tidak ada pernyataan menumpang atau tenggelam.
Dengan demikian, jika dari kedua contoh bunga di atas kita harus membuat
rumus bunga yang lengkap, rumus tadi akan menjadi seperti berikut:
S K (5). C
5. A 5 + 5. G 1.
S ‘ P (3 + 3).
A 3 + 3. G (3).
Setelah kita pahami hal-hal yang
menyangkut soal rumus bunga, dapat sekarang keadaan kita balik, artinya jika
kita melihat kedua rumus bunga di atas, maka dapat kita bayangkan bahwa:
Bunga merak adalah bunga yang banci,
zigomorf mempunyai 5 daun kelopak yang berlekatan satu sama lain, 5 daun mahkota
yang bebas, 2 lingkaran benang sari dengan 5 benang sari dalam masing-masing
lingkaran, bakal buah yang terjadi dari sehelai daun buah yang duduknya
menumpang.
Bunga lilia gereja adalah bunga
banci, aktinomorf, mempunyai 6 daun tenda bunga yang tersusun dalam 2 lingkaran
tetapi ke 6 daun tenda bunga tadi berlekatan satu sama lian, 6 benang sari yang
tersusun dalam dua lingkaran dan satu bakal buah yang menumpang dan terjadi
dari 3 daun buah yang berlekatan.
Jelaslah bahwa dari setiap bunga yang kita amati dapat pula
selalu kita buat rumusnya. Mingingat bahwa urut-urutan bagian bunga sifatnya
teap maka dalam menyusun suatu rumus bunga, huruf-huruf yang merupakan singkatan
nama bagian bunga tadi sering ditiadakan. Juga lambang jenis kelamin seringkali
di tiadakan, karena jinas kelamin itu dapat terlihat pula dari rumus ialah:
jika ada benang sari maupun putik, berarti bunga itu bersifat banci, tetapi
jika di belakang A kita dapati angka 0 berarti bunganya betina. Sebaliknya,
jika dalam rumus tertera G 0, berarti bunganya adalah bunga jantan, dengan ini
rumus bunga merak misalnya dapat kita sederhanakan menjadi:
(5). 5 5 +
5. 1
Jika kita membandingkan diagram dengan rumus bunga pada diagram lebih
banyak tercantum keterangan-keterangn mengenai susunan bagian-bagian bunga,
hanya tak dapat diketahui pada diagram bunga bagaimana letaknya bakal buah,
menumpang, tenggelam, ataukah setengah tenggelam.
Di bawah ini diberikan
berbagai contoh diagram beserta rumus bunga berbagai jenis tumbuhan yang
tergolong dalam beberapa suku tumbuhan yang lazim sudah dikenal:
1.
Suku Palmae
(Arecaceae) misalnya kelapa (Cocos nucifera L.)
U K 3. C 3. A (6). G 0
T K 3. C 3. A 0. G (3)
2.
Suku Graminaeae (Poaceae),
misalnya padi (Oriza sativa L.)
S K 1 + (2). C 2 + 0. A 3. G 1
3.
Suku Cannaceae,
misalnya bunga tasbih (Canna indica Hort.)
S K 3. C 3. A 5. G
4.
Suku Orchidaceae, misalnya
anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis Bl.) yang hanya mempunyai 1
benang sari yang subur. Dan anggrek kasut (Cypripedium javanicum Reinw.),
yang mempunyai 2 benang sari yang subur:
S P 3 + 3. A 1 + 0. G (3) (Phalaenopsis)
S P 3 + 3. A 0 + 2. G (3) (Cypripedium)
5.
Suku Liliaceae, misalnya
kembang sungsang (Gloriosa superba L.)
S ‘ P 3 + 3. A 3 + 3. G (3)
6.
Suku Papilionaceae, misalnya
orok-orok, kembang telang (Clitoria ternatea L.)
S K (5) C 5. A 1 + (9). G 1
7.
Suku Malvaceae,
misalnya kapas (Cossypium sp.), waru (Hibiscus tiliaceus L.),
dan lain-lain.
S ‘ K (5). [C 5. A (∞)]. G (5)
8.
Suku Bombacaceae, misanya
kapok randu (Ceiba pentandra Gaertn.), durian (Durio zibethinis L.)
S ‘ K (5). C 5. A (∞). G (5)
9.
Suku Solanaceae,
misalnya kecubung (Datura metel L.), tembakau (Nicotiana tabacum L.),
dll.
S K (5). C 5. A 5. G (2)
10.
Suku Cruciferae (Brassicaceae),
misalnya lobak (Raphanus sativus L.)
S ‘ K 4. C 4. A 2. + 4. G (2)
11.
Suku Nyctaginaceae,
misalnya bunga pagi sore (Mirabilis jalapa L.)
S ‘ K (5). C (5). A 5. G (5)
Beberapa
contoh rumus bunga
1.
Bunga Alamanda (Allamanda cathartica L.)
Dengan rumus
bunga ♀ * K5, C(5), A(5), G(1), didapat keterangan bahwa bunga Alamanda adalah
jenis bunga banci (hermaphrodit yaitu memiliki dua alat kelamin yaitu jantan /
benang sari dan betina / putik dalam satu bunga), memiliki simetri banyak, 5
kelopak yang bebas satu sama lain dan terletak dalam 1 lingkaran, mahkota bunga
5 lembar saling berlekatan satu sama lain dan tersusun dalam 1 lingkaran,
benang sari 5 buah dan saling berlekatan, dan sebuah putik. Antara mahkota
bunga dan benang sarinya saling berlekatan.
Klasifikasi :
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub clasis : Asteridae
Ordo :
Gentianales
Familia : Apocynaceae
Genus : Allamanda
Species : Allamanda
cathartica L.
(Cronquist,
1981)
2. Bunga Kertas (Bougainvillea spectabilis)
Dengan rumus Bunga : ♀ * K (5), C (10), A 8, G 1 didapat
keterangan bahwa bunga bogenvil (Bougainvillea spectabilis Willd.) adalah bunga banci (hermaphrodit
yaitu memiliki benang sari dan putik pada satu bunga)
yang mempunyai simetri banyak (aktinomorf).
Dikatakan mempunyai simetri banyak karena bunga ini dapat dilipat lebih dari 1
kali yang mana lipatan tersebut setangkup. Bunga ini mempunyai 5 buah kelopak (kalyx) dan 5 buah mahkota (corolla), yang mana antara kelopak dan
mahkota sama-sama berlekatan atau saling menyatu. Benang sari (androecium) jumlahnya 5 buah serta sebuah putik (gynaecium).
Klasifikasi :
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub classis : Caryophyllidae
Ordo :
Caryophyllales
Familia : Nyctaginaceae
Genus : Bougainvillea
Species : Bougainvillea
spectabilis Willd.
(Cronquist, 1981)
3.
Bunga Anggrek kalajengking (Arachis flos-aeris)
Dengan rumus
bunga ♀ ↑ P5, A(1 + 2), G2 didapat keterangan bahwa bunga Anggrek kalajengking
adalah jenis bunga banci (hermaphrodit) dengan satu simetri, memiliki tenda
bunga sebanyak 5 buah, 3 buah benang sari yang saling berlekatan atau menyatu
satu sama lain yang tersusun dalam dua buah lingkaran, lingkaran pertama ada 1
buah benang sari sedangkan pada lingkaran kedua ada 2 buah benang sari serta
memiliki 2 buah putik.
Klasifikasi :
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Sub clasis : Liliidae
Ordo :
Orchidales
Familia : Orchidaceae
Genus : Arachis
Species : Arachis flos aeris
(Cronquist, 1981)
4.
Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis
L.)

Klasifikasi :
Divisio :
Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub classis : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Species : Hibiscus rosa-sinensis L.
(Cronquist, 1981)
5.
Bunga Tasbih (Canna sp)

Klasifikasi :
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub clasis : Hamamelidae
Ordo :
Urticales
Familia : Cannabaceae
Genus : Canna
Species : Canna sp
(Cronquist, 1981)
6.
Teratai (Nymphaea lotus L.)
Dengan rumus bunga ♀ * P4 + 4 +
8 + 4 + 4 , A∞, G(22) didapat keterangan bahwa
bunga teratai (Nymphaea lotus) adalah
bunga banci dengan banyak simetri. Pada bunga
ini antara kelopak dan mahkotanya tidak
dapat dibedakan dengan jelas sehingga bagian yang umumnya disebut mahkota
dinamakan tenda bunga (perigonium) yang berjumlah 24 buah dalam 5
lingkaran berbeda, susunan berlapis dan berseling empat-empat pada
lingkaran 1 dan 2, sedangkan pada lapisan ke 3 terdapat tenda bunga sebanyak 8
buah dan pada lapisan ke 4 dan 5 terdapat 4 buah tenda bunga, susunan tenda
bunga ini saling lepas satu sama lain. Benang sari (androecium) jumlahnya tak terbatas (∞) tersusun
rapi dalam lingkaran-lingkaran serta berlekatan satu sama lain (bebas), dan putik (gynaecium)
berjumlah 22 buah.
Klasifikasi :
Divisio : Magnoliophyta
Calssis : Magnoliopsida
Subclassis : Magnoliidae
Ordo :
Nhymmpales.
Familia : Nhympaeaceae
Genus : Nhymphaea
Species : Nymphaea lotus L.
(Cronquist, 1981)
2.2 Diagram
Bunga
Dalam mendeskripsikan
bunga, disamping secara verbal (dengan kata-kata) dapat ditambahkan
gambar-gambar, agar pembaca dapat memperoleh kesan yang lebih mendalam tentang
keadaan bunga. Salah satu gambar yang melukiskan keadaan bunga dan
bagian-bagiannya adalah diagram bunga.
Yang dinamakan diagram bunga ialah suatu gambar proyeksi pada bidang datar
dari semua bagian bunga yang dipotong melintang, jadi pada diagram itu di
gambarkan penampang-penampang melintang daun-daun kelopak, tajuk bunga, benang
sari, dan putik, juga bagian-bagian lainnya jika masih ada, disamping keempat
bagian pokok tersebut, perlu diperhatikan bahwa lazimnya dari daun-daun kelopak
dan tajuk bunga digambar penampang melintang bagian tengah-tengahnya, sedang
dari benang sari digambarkan penampang kepala sari, dan dari putik penampang
melintang bakal buahnya. Dari diagram bunga tersebut selanjutnya dapat diketahui
pula jumlah masing-masing bagian bunga tadi dan bagimana letak dan susunannya
antara yang satu dengan yang lain. Selain itu perlu diingat pula bahwa diagram
bunga sedikit banyak merupakan suatu gambar yang bersifat skematik.
Dalam membicarakan tentang bunga dan bagian-bagiannya, telah diterangkan,
bahwa bagian-bagian bunga duduk diatas dasar bunga, masing-masing teratur dalam
satu lingkaran atau lebih. Dalam diagram bunga, masing-masaing bagian harus
digambarkan sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin dua bagian bunga yang
berlainan digambarkan dengan gambar yang sama. Mengingat, bahwa yang digambar
pada diagram itu penampang-penampang melintang masing-masing bagian bunga yang
telah dijelaskan diatas.
Cara membuat suatu
diagram bunga:
1. Letak
bunga pada tumbuhan. Dalam hubungannya dengan perencanaan suatu diagram, kita
hanya membedakan dua macam letak bunga:
a.Bunga pada ujung batang atau cabang (flos
terminalis)
b.Bunga yang terdapat dalam ketiak daun (flos
axillaris)
2. Bagian-bagian
bunga yang akan dibuat tersusun atas beberapa lingkaran.

Jika dari bunga yang hendak kita buat diagramnya telah kita tentukan kedua
hal tersebut, kita mulai dengan membuat sejumlah lingkaran yang konsentris,
sesuai dengan jumlah lingkaran tempat duduk bagian-bagian bunganya.
Kemudian melalui titik
pusat lingkaran-lingakran yang konsentris itu kita buat garis tegak lurus
(vertikal). Untuk bunga di ketiak daun, garis itu menggambarkan bidang yang
dapat dibuat melalui sumbu bunga, sumbu batang yang mendukung bunga itu, dan
tengah-tengah (poros bujur) daun, yang dari ketiaknya muncul bunga tadi. Bidang
ini disebut bidang median. Pada garis yang menggambarkan bidang median itu
disebelah atas lingkaran yang terluar digambarkan secara skematik penampang
melintang batang (digambarkan sebagai lingkaran kecil) dan disebelah bawahnya
gambar skematik daun pelindungnya. Pada lingkaran-lingkarannya sendiri
berturut-turut dari luar ke dalam digambarkan daun-daun kelopak, daun-daun
tajuk, benang sari, dan yang terakhir penampang melintang bakal buah. Dalam
menggambar bagian-bagian bunganya sendiri yang harus diperhatikan ialah:
1.
Berapa jumlah masing-masing bagian bunga
tadi.
2.
Bagaimana susunannya terhadap sesamanya
(misalnya daun kelopak yang satu dengan yang lain), bebas satu sama yang lain,
bersentuhan tepinya, berlekatan atau lain lagi.
3.
Bagaimana susunannya terhadap
bagian-bagian bunga yang lain (daun-daun kelopak terhadap tajuk bunga, benang
sari dan daun-daun buah penyusun putiknya) berhadapan atau berseling, bebas
atau berlekatan dan seterusnya).
4.
Bagaimana letak bagian-bagian bunga itu
terhadap bidang median.
5.
Ternyata, bahwa seringkali bidang median
itu membagi bunga dalam dua bagian yang setangkup (simetrik).
Bagi bunga yang letaknya pada ujung batang/cabang, tidak dikenal bidang mediannya
disebelah atas lingkaran yang terluar tidak pula digambar penampang melintang
batang (karena pada bunga yang demikian batang itu akan bersambung dengan
tangkai bunga) tetapi pada sebelah bawah biasanya masih ditambahkan gambar
penampang melintang daun pelindung (jika ada).
Jadi dengan demikian, pada suatu diagram bunga tidak hanya kita ketahui
hal-hal yang menyangkut bagian-bagian bunganya saja, tetapi juga dapat
diketahui mengenai letaknya pada tumbuhan. Pada gambar berikut diberikan contoh
diagram bunga yang diketiak daun dan yang terdapat pada ujung batang/cabang.
Telah dikemukakan pula, bahwa dalam pembuatan diagram bunga selain keempat
bagian bunga yang pokok: kelopak, tajuk, benang sari, dan putik dapat pula
digambar bagian-bagian lain, jika memang ada dan dipandang perlu untuk
dikemukakan. Bagian-bagian lain pada bunga yang sering kali dapat menjadi ciri
yang khas untuk golongan tumbuhan tertentu dan sewajarnya pula jika dinyatakan
pada diagram bunga, antara lain:
a)
Kelopak tambahan (epicalix),
umumnya terdapat pada tumbuhan sukuMalvaceae. Misalnya kapas (Gossypium sp.),
kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.). dan lain-lain.
b)
Mahkota (tajuk) tambahan (corona),
yang biasa terdapat pada sukunAsciepiadaceae, misalnya biduri (Calotropis
gigantea Dryand.)

Dikemukakan pula dalam membicarakan perihal bagian-bagian bunga bahwa ada
bagian-bagian bunga yang mengalami metamorfosis atau tereduksi atau lenyap sama
sekali. Pertalian dengan soal ini dalam menyusun diagram bunga kita dapat
berpendirian:
1.
Hanya menggambarkan bagian-bagian bunga
menurut apa adanya.
2.
Membuat bagian bunga yang gtidak hanya
memuat bagian-bagian yang benar-banar ada, tetapi juga menggambarkan
bagian-bagian yang sudah tidak ada (tereduksi). Namun, menurut teori sudah ada.
Dengan demikian, kita
dapat membedakan dua macam diagram bunga:
a)
Diagram bunga empirik, yaitu diagram bunga
yang hanya memuat bagian-bagian bunga yang benar-benar ada, jadi menggambarkan
keadaan bunga yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, diagram ini juga dinamakan digram
sungguh (yang sebenarnya).
b)
Diagram teoritik, yaitu digram bunga yang
selain menggambarkan bagian-bagian bunga yang sesungguhnya juga memuat
bagian-bagian yang sudah tidak ada lagi. Tetapi menurut teori seharusnya ada.
Bagian-bagian yang hanya menurut teori saja seharusnya ada, tidak
digambarkan seperti bagian-bagian yang benar-benar ada, melainkan dengan
lambang lain. Biasanya bintang atau silang kecil. Kebanyakan hal ini hanya
mengenai benang-benang sari saja yang keadaan sesungguhnya pada bunga seringkali
tidak cocok dengan teori.

BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Bunga memiliki susunan anatomis yang mirip dengan
bagian tumbuhan lain seperti batang dan daun, karena bunga merupakan
metamorphosis menjadi bentuk yang berbeda.
Bunga memiliki variasi yang membedakan penampakannya
baik secara morfologi maupun anatomi antara satu dengan yang lainnya. Dalam
menggambarkan bagian-bagian bunga dan susunannya dibuat gambar skematik yang
menggambarkan bagian bunga, susunan, letaknya terhadap sesama bagian serta
letaknya dengan bagian lain, jumlah masing-masing bagian bunga dan
letaknya terhadap bidang median yang menggambarkan letak bunga pada
tumbuhan.Selain dengan diagram bunga, bagian bunga juga bisa dijelaskan dengan
menggunakan rumus bunga yakni pendeskripsian susunan bunga baik baik sifat
maupun bagian-bagiannya yang dinyatakan dengan lambang, huruf, dan angka yang
menggambarkan sifat bunga beserta bagian-bagiannya.
3.2
Saran
Penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi sumbangsi kepada kami dalam
penyelesaian makalah ini. Dan tentunya penulis juga menyadari, bahwa masih
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah ini. Hal ini Karena
keterbatasan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, penulis senantiasa
menanti saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna penyempurnaan
makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Tjitrosoepomo.gembong, Morfologi Tumbuhan,
2009,Gadjah Mada University Press
http://belajar-di-rumah.blogspot.com/2015/03/permukaan-daun.html
http://harsidi-side.blogspot.com/2011/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html